Kadang kita berfikir bahwa hidup kita ini terasa sangat menyakitkan. Kita mengalami sidikit saja luka lalu kita mulai menyerah dan putus asa.Kita pikir hidup kita ini yang paling menderita, padahal kita tau di luar sana masih banak orang yang lebih menderita dibanding kita.
Inilah yang dirasakan Lara. Tinggal di kost sendirian, jauh dari orang tua, dan kuliah yang terasa begitu berat untuknya. Padahal untuk bisa kuliah orang tuanya rela bekerja mati-matian untukmya. Sebenarnya dia adalah gadis yang cerdas, namun dia hanya malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosennya.
Tapi dibalik sikap malasnya itu tersimpan sejuta pesona yang dapat membuat banyak orang menyukainya. Dia bukan gadis yang cantik, bukan anak dari keluarga yang kaya, yang pasti bukan gadis pandai, tapi dia memiliki sesuatu yang tidak banyak dimiliki orang lain.
Kharisma. Lara memiliki kharisma yang tidak dapat dibeli oleh otang lain. Kharisma itulah yang membuat banyak orang menyukainya. Tidak hanya itu dia pun seorang yang pandai menempatkan diri dan gadis yang baik. Maka dari itu semua orang merasa nyaman ketika berdekatan dengannya, termasuk kedua sahabatnya, Ana dan Tiara. Dua orang yang selalu menemaninya sejak Taman Kanak-kanak. Dua orang yang setia dan selalu ada disampingnya kapanpun Lara membutuhkannya.
Pagi ini Lara bangun pukul 6.00 pagi. Seperti biasanya, dia bangun, mencuci mukanya, lalu berdoa kepada Tuhan memohon agar hari ini lebih baik dari hari kemarin.
"Huh hari ini harus brangkat kuliah pagi, gara-gara ada kuliahnya Pak San. Aish susahnya jadi anak Kedokteran, setiap hari harus berhadapan dengan mayat dan hal-hal yang menjijikkan." Keluh Lara "Belum lagi kalo ada kuliah pagi, trus pulang malem. Hahh kenapa sih aku tu bodoh banget ngambil jurusan ini." Serunya masih dengan marah.
"...i can't tell you looking at me, i know what you see..." Tiba-tiba ponselnya berbunyi pertanda ada yang memanggilnys. "Halo.." Jawab Lara
"La ini aku Dicky." Jawab suara diseberang sana
"Oh kenapa Dick? Tumben pagi-pagi nelepon" Sahut Lara
"Cuman ngingetin aja kalo hari ini kita ada kunjungan ke observasi" Ingat Dicky
"Tenang aja kale aku tu bukan Ana atau Tiara yang pelupa. Jam berapa sih?" Jawab Lara polos.
"Tuh kan katanya inget buktinya itu lupa jam berapa. Jam 8.30 harus udah sampe sana!" Suruh Dicky
"Oke-oke kamu jemput aku?" Tanya Lara cengengesan
"Dasar anak manja. Okelah daripada aku harus nungguin kamu lama-lama gara-gara ga dapet angkot. Jadi jam 8 aku ke kosan mu trus kita berangkat. okee? " Terang Dicky
"Siapp Ndan... " Sahut Lara masih dengan cengengesan
Pukul 8.40 yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, Lelaki dengan setelan blazer abu keluar dari pintu mobil BMW nya. "Lama amat sih Dick, katanya jam setengah 9 ni udah jam berapa coba?" Sungut Lara
"Maaf deh La, biasa lah Solo tu sekarang udah trend sama macet. Lagian uga baru telat 10 doang juga, udah manyun aja tuh mulut." Jawab Dicky dengan santai.
"Yaudah deh buruan yuk, ntar kkita keburu telat." Ajak Lara mengakhiri perbincangan singkat kereka.
Sampailah mereka di tempat tujuan mereka yaitu Poliklinik tempat mereka melakukan praktek kesehatan mereka. " La kok aku ga pernah liat kamu jalan lagi sih sama Ana dan Tiara? Kalian baik-baik aja kan?" Tanya Dicky tiba-tiba.
"Iya tuh biasa aja. Kita tuh lagi pada sibuk sama urusan masing-masing. Ana sibuk sama design nya da Tiara sibuk sama TA nya. Yaudah deh kkita jadi ga pernah kumpul-kumpul lagi. Padahal aku tuh udah kangen banget sama mereka" Jawab Lara dengan nada sedih.
"Yaudah lah kita cepeyan selesein praktek kitai ini biar kamu bisa ketemu sama temen-temen kamu" Dicky memberi semanngat. " Sepertinya ucapan kamu mengandung modus deh" Tellisik Lara.
"Apaan sih enggak kok, jangan suka berprasangka buruk sama orang lain. Nanti dosa loh"
"Tapi beneran kan? "
"e..engak kok. Apaan sih La kok jadi malah curhat gini. Udah yuk buruan kita kerja biar cepet selesai." Kata Dicky. " Dasar, jadi orang kok sukanya mengalihkan pembicaraan..haha" Kata Lara
*to be continued
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
My Blog List
statistic
enjoy please :)
Selasa, 04 September 2012
SEBUAH MAKNA
Kadang kita berfikir bahwa hidup kita ini terasa sangat menyakitkan. Kita mengalami sidikit saja luka lalu kita mulai menyerah dan putus asa.Kita pikir hidup kita ini yang paling menderita, padahal kita tau di luar sana masih banak orang yang lebih menderita dibanding kita.
Inilah yang dirasakan Lara. Tinggal di kost sendirian, jauh dari orang tua, dan kuliah yang terasa begitu berat untuknya. Padahal untuk bisa kuliah orang tuanya rela bekerja mati-matian untukmya. Sebenarnya dia adalah gadis yang cerdas, namun dia hanya malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosennya.
Tapi dibalik sikap malasnya itu tersimpan sejuta pesona yang dapat membuat banyak orang menyukainya. Dia bukan gadis yang cantik, bukan anak dari keluarga yang kaya, yang pasti bukan gadis pandai, tapi dia memiliki sesuatu yang tidak banyak dimiliki orang lain.
Kharisma. Lara memiliki kharisma yang tidak dapat dibeli oleh otang lain. Kharisma itulah yang membuat banyak orang menyukainya. Tidak hanya itu dia pun seorang yang pandai menempatkan diri dan gadis yang baik. Maka dari itu semua orang merasa nyaman ketika berdekatan dengannya, termasuk kedua sahabatnya, Ana dan Tiara. Dua orang yang selalu menemaninya sejak Taman Kanak-kanak. Dua orang yang setia dan selalu ada disampingnya kapanpun Lara membutuhkannya.
Pagi ini Lara bangun pukul 6.00 pagi. Seperti biasanya, dia bangun, mencuci mukanya, lalu berdoa kepada Tuhan memohon agar hari ini lebih baik dari hari kemarin.
"Huh hari ini harus brangkat kuliah pagi, gara-gara ada kuliahnya Pak San. Aish susahnya jadi anak Kedokteran, setiap hari harus berhadapan dengan mayat dan hal-hal yang menjijikkan." Keluh Lara "Belum lagi kalo ada kuliah pagi, trus pulang malem. Hahh kenapa sih aku tu bodoh banget ngambil jurusan ini." Serunya masih dengan marah.
"...i can't tell you looking at me, i know what you see..." Tiba-tiba ponselnya berbunyi pertanda ada yang memanggilnys. "Halo.." Jawab Lara
"La ini aku Dicky." Jawab suara diseberang sana
"Oh kenapa Dick? Tumben pagi-pagi nelepon" Sahut Lara
"Cuman ngingetin aja kalo hari ini kita ada kunjungan ke observasi" Ingat Dicky
"Tenang aja kale aku tu bukan Ana atau Tiara yang pelupa. Jam berapa sih?" Jawab Lara polos.
"Tuh kan katanya inget buktinya itu lupa jam berapa. Jam 8.30 harus udah sampe sana!" Suruh Dicky
"Oke-oke kamu jemput aku?" Tanya Lara cengengesan
"Dasar anak manja. Okelah daripada aku harus nungguin kamu lama-lama gara-gara ga dapet angkot. Jadi jam 8 aku ke kosan mu trus kita berangkat. okee? " Terang Dicky
"Siapp Ndan... " Sahut Lara masih dengan cengengesan
Pukul 8.40 yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, Lelaki dengan setelan blazer abu keluar dari pintu mobil BMW nya. "Lama amat sih Dick, katanya jam setengah 9 ni udah jam berapa coba?" Sungut Lara
"Maaf deh La, biasa lah Solo tu sekarang udah trend sama macet. Lagian uga baru telat 10 doang juga, udah manyun aja tuh mulut." Jawab Dicky dengan santai.
"Yaudah deh buruan yuk, ntar kkita keburu telat." Ajak Lara mengakhiri perbincangan singkat kereka.
Sampailah mereka di tempat tujuan mereka yaitu Poliklinik tempat mereka melakukan praktek kesehatan mereka. " La kok aku ga pernah liat kamu jalan lagi sih sama Ana dan Tiara? Kalian baik-baik aja kan?" Tanya Dicky tiba-tiba.
"Iya tuh biasa aja. Kita tuh lagi pada sibuk sama urusan masing-masing. Ana sibuk sama design nya da Tiara sibuk sama TA nya. Yaudah deh kkita jadi ga pernah kumpul-kumpul lagi. Padahal aku tuh udah kangen banget sama mereka" Jawab Lara dengan nada sedih.
"Yaudah lah kita cepeyan selesein praktek kitai ini biar kamu bisa ketemu sama temen-temen kamu" Dicky memberi semanngat. " Sepertinya ucapan kamu mengandung modus deh" Tellisik Lara.
"Apaan sih enggak kok, jangan suka berprasangka buruk sama orang lain. Nanti dosa loh"
"Tapi beneran kan? "
"e..engak kok. Apaan sih La kok jadi malah curhat gini. Udah yuk buruan kita kerja biar cepet selesai." Kata Dicky. " Dasar, jadi orang kok sukanya mengalihkan pembicaraan..haha" Kata Lara
*to be continued
Inilah yang dirasakan Lara. Tinggal di kost sendirian, jauh dari orang tua, dan kuliah yang terasa begitu berat untuknya. Padahal untuk bisa kuliah orang tuanya rela bekerja mati-matian untukmya. Sebenarnya dia adalah gadis yang cerdas, namun dia hanya malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosennya.
Tapi dibalik sikap malasnya itu tersimpan sejuta pesona yang dapat membuat banyak orang menyukainya. Dia bukan gadis yang cantik, bukan anak dari keluarga yang kaya, yang pasti bukan gadis pandai, tapi dia memiliki sesuatu yang tidak banyak dimiliki orang lain.
Kharisma. Lara memiliki kharisma yang tidak dapat dibeli oleh otang lain. Kharisma itulah yang membuat banyak orang menyukainya. Tidak hanya itu dia pun seorang yang pandai menempatkan diri dan gadis yang baik. Maka dari itu semua orang merasa nyaman ketika berdekatan dengannya, termasuk kedua sahabatnya, Ana dan Tiara. Dua orang yang selalu menemaninya sejak Taman Kanak-kanak. Dua orang yang setia dan selalu ada disampingnya kapanpun Lara membutuhkannya.
Pagi ini Lara bangun pukul 6.00 pagi. Seperti biasanya, dia bangun, mencuci mukanya, lalu berdoa kepada Tuhan memohon agar hari ini lebih baik dari hari kemarin.
"Huh hari ini harus brangkat kuliah pagi, gara-gara ada kuliahnya Pak San. Aish susahnya jadi anak Kedokteran, setiap hari harus berhadapan dengan mayat dan hal-hal yang menjijikkan." Keluh Lara "Belum lagi kalo ada kuliah pagi, trus pulang malem. Hahh kenapa sih aku tu bodoh banget ngambil jurusan ini." Serunya masih dengan marah.
"...i can't tell you looking at me, i know what you see..." Tiba-tiba ponselnya berbunyi pertanda ada yang memanggilnys. "Halo.." Jawab Lara
"La ini aku Dicky." Jawab suara diseberang sana
"Oh kenapa Dick? Tumben pagi-pagi nelepon" Sahut Lara
"Cuman ngingetin aja kalo hari ini kita ada kunjungan ke observasi" Ingat Dicky
"Tenang aja kale aku tu bukan Ana atau Tiara yang pelupa. Jam berapa sih?" Jawab Lara polos.
"Tuh kan katanya inget buktinya itu lupa jam berapa. Jam 8.30 harus udah sampe sana!" Suruh Dicky
"Oke-oke kamu jemput aku?" Tanya Lara cengengesan
"Dasar anak manja. Okelah daripada aku harus nungguin kamu lama-lama gara-gara ga dapet angkot. Jadi jam 8 aku ke kosan mu trus kita berangkat. okee? " Terang Dicky
"Siapp Ndan... " Sahut Lara masih dengan cengengesan
Pukul 8.40 yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, Lelaki dengan setelan blazer abu keluar dari pintu mobil BMW nya. "Lama amat sih Dick, katanya jam setengah 9 ni udah jam berapa coba?" Sungut Lara
"Maaf deh La, biasa lah Solo tu sekarang udah trend sama macet. Lagian uga baru telat 10 doang juga, udah manyun aja tuh mulut." Jawab Dicky dengan santai.
"Yaudah deh buruan yuk, ntar kkita keburu telat." Ajak Lara mengakhiri perbincangan singkat kereka.
Sampailah mereka di tempat tujuan mereka yaitu Poliklinik tempat mereka melakukan praktek kesehatan mereka. " La kok aku ga pernah liat kamu jalan lagi sih sama Ana dan Tiara? Kalian baik-baik aja kan?" Tanya Dicky tiba-tiba.
"Iya tuh biasa aja. Kita tuh lagi pada sibuk sama urusan masing-masing. Ana sibuk sama design nya da Tiara sibuk sama TA nya. Yaudah deh kkita jadi ga pernah kumpul-kumpul lagi. Padahal aku tuh udah kangen banget sama mereka" Jawab Lara dengan nada sedih.
"Yaudah lah kita cepeyan selesein praktek kitai ini biar kamu bisa ketemu sama temen-temen kamu" Dicky memberi semanngat. " Sepertinya ucapan kamu mengandung modus deh" Tellisik Lara.
"Apaan sih enggak kok, jangan suka berprasangka buruk sama orang lain. Nanti dosa loh"
"Tapi beneran kan? "
"e..engak kok. Apaan sih La kok jadi malah curhat gini. Udah yuk buruan kita kerja biar cepet selesai." Kata Dicky. " Dasar, jadi orang kok sukanya mengalihkan pembicaraan..haha" Kata Lara
*to be continued
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar